Prolog
“Pada akhir
abad 21, Bumi diramalkan dan diprediksi akan terjadi suatu kehancuran hebat”.
Itulah salah satu isi dari buku Nostradamus yang baru ditemukan pada tanggal 22
Desember 2012. Buku tersebut diperkirakan sudah berumur ratusan tahun yang lalu
dan tersembunyi di tempat yag sangat tersembunyi. Mungkin penemuan buku
Nostradamus inilah yang dianggap sebagai sebuah bencana besar oleh suku Maya
atau mungkin sebuah awal dari bencana. Walaupun ketepatan ramalan Nostradamus
diragukan oleh umat manusia dikarenakan pernah meleset pada bulan Juli tahun
1999, tapi kini umat manusia kembali mempercayai ramalan di buku tersebut.
Kepercayaan
tersebut kembali tumbuh karena selain ramalan akhir dunia, banyak sekali
ramalan – ramalan tentang bencana besar yang tepat pada sasaran. Seperti
tsunami di Asia Tenggara pada tahun 2002 dan lain sebagainya. Oleh karena
itulah kaum elite manusia tengah berusaha untuk mengantisipasi bencana tersebut
dari jauh-jauh hari.
Hari yang
ditentukan pun semakin hari semakin mendekat. Kemajuan pengetahuan pun
berbanding lurus terhadap waktu dan mulai menampakkan titik terang. Pada tahun
2092, kaum manusia meraih pencapaian besar dalam bidang astronomi. Penemuan
suatu planet yang memiliki struktur hampir mirip dengan Bumi bagai suatu oasis
di gurun pasir. Perbedaan planet tersebut dengan bumi adalah permukaan planet
tersebut sepenuhnya adalah samudra yang terbentang luas, oleh karena itu planet
impian tersebut dinamakan “Aquafelice”. Tak dibutuhkan waktu lama bagi umat
manusia untuk beradaptasi dalam kehidupan bawah air. Sehingga, pada tahun 2095
dilakukan hijrah terbesar dan pertama dalam sejarah dengan skala antar planet.
Tetapi, tentu saja tidak semua umat manusia dapat terangkut dalam sebuah hijrah
tersebut. Oleh karena itulah, seleksi kualitas manusia dilakukan. Hanya manusia
dengan otak jenius dan manusia manusia berkuasa yang diprioritaskan dalam
hijrah tersebut. Hanya 15% dari umat manusia yang dapat terangkut, Dari para
ilmuwan terkemuka, Ratu Inggris, presiden negara maju serta para peraih nobel.
Sedangkan, para manusia yang dianggap tak layak untuk hidup harus menahan diri
dan hidup dalam ketakutan yang tiada tara menunggu akhir hayatnya dengan hati
yang menggenggam kebencian